Selasa, 22 Maret 2016

Askep Jiwa dengan RPK (resiko perilaku kekerasan)



BAB II
TINJAUAN TEORI
A.    Pengertian
Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana seseorang dimana melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol (Wati, 2010).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang, baik secara fisik maupun psikologis.Berdasarkan definisi ini, perilaku kekerasan dapat di lakukan secara verbal di arahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu perilaku kekrasan saat sedang berlangsung atau perilaku kekerasan terdahulu (riwayat perilaku kekerasan).
Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang di hadapi oleh seseorang yang di tunjukan dengan perilaku actual melakukan kekerasan, baik pada diri sendiri orang lain maupun lingkungan secara verbal maupun nonverbal, bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (Menurut Berkowizt dalam buku Yosep 2011).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang individu mengalami perilaku yang dapat melukai secara fisik baik terhadap diri sendiri atau orang lain ( Menurut Towsend dalam buku Yosep 2011).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang dapat membahayakan di klien sendiri, lingkungan termasuk orang lain dan barang-barang (Menurut Maramis dalam buku Yosep 2011).

B.     Tanda dan gejala
Data subyektif :
1.      Mengatakan mudah kesal dan jengkel ,
2.      Merasa semua barang tidak ada harganya sehingga dibanting-banting.

Data obyektif :             
1.      Muka merah dan tegang
2.      Pandangan tajam
3.      Mengatupkan rahang dengan kuat
4.      Menegepalkan tangan
5.      Jalan mondar-mandir
6.      Bicara kasar
7.      Suara tinggi, menjerit atau berteriak
8.      Mengancam secara verbal atau fisik
9.      Melempar atau memukul benda/ orang lain
10.  Merusak barang atau benda
11.  Tidak memiliki kemampuan mencegah/ mengendalikan perilaku kekerasan

Menurut Fitria (2009)  tanda dan gejala perilaku kekerasan diantaranya adalah :
1.      Fisik : mata melotot atau pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang serta postur tubuh kaku.
2.      Verbal : mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, bicara dengan nada keras, kasar dan ketus.
3.      Perilaku : menyerang orang lain, melukai diri sendiri, atau orang lain, merusak lingkungan, amuk atau agresif.
4.      Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
5.      Intelektual : mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6.      Spiritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral dan kreatifitas terhambat.
7.      Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran.
8.      Perhatian : bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan seksual.

Menurut Direja (2011) tanda dan gejala pada pasien data yang perlu dikaji adalah :
Masalah keperawatan
Data yang perlu dikaji
Perilaku kekerasan
Subjektif
1.      Klien mengancam.
  1. Klien mengumpat dengan kata-kata kotor.
  2. Klien mengatakan dendam dan jengkel.
  3. Klien mengatakan ingin berkelahi.
  4. Klien menyalahkan dan menuntut.
  5. Klien meremehkan.
Objektif
1.      Mata melotot/pandangan tajam.
  1. Tangan mengepal.
  2. Rahang mengatup.
  3. Wajah memerah dan tegang.
  4. Postur tubuh kaku.
  5. Suara keras.

C.    Etiologi
1.        Faktor predisposisi
a.       Teori biologi
Beardasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya pemberian stimulus elektris ringan pada hipotalamus ternyata menimbulkan prilaku agresif, dimana jika terjadi kerusakan fungsi limbic (untuk emosi dan perilaku) lobus frontal (untuk pemikiran rasional), lobius temporal (untuk interprestasi indra penciuman dan memori) akan menimbulakn mata terbuka lebar, pupil berdilatasi, dan hendak menyerang objek yang ada disekitarnya.
1)      Neurologic faktor, beragam komponen dari sistem saraf seperti synap, neurotransmitter, dendrit, axon terminalis mempunyai peran memfasilitasi atau menghambat rangsangan dan pesan-pesan yamg akan mempengaruhi sifat agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respons agresif.
2)      Genetic faktor, adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi potensi perilaku agresif. Menurut riset Kazuo Murakami (2007) dalam gen manusia terdapat dormant (potensi) agresif yang sedang tidur dan akan bangun jika terstimulasi oleh faktor eksternal. Menurut penelitian genetik tipe karkotype XYY, pada umumnya dimiliki oleh penghuni pelaku tindak kriminal serta orang-orang yang tersangkut hukum akibat perilaku agresif.
3)      Cyrcardian Rhytm (irama sirkardian tubuh), memegang peranan pada individu. Menurut penelitian pada jam-jam tertentu manusia menghalangi peningkatan cortisol terutama pada jam-jam sibuk seperti menjelang masuk kerja dan menjelang berakhirnya pkerjaan sekitar jam 9 dan jam 13. Pada jam tertentu orang lebih mudah terstimulasi untul bersikap agresif.
4)      Biochemistry faktor (Faktor biokimia tubuh) seperti neurotransmiter di otak (epinephrin, norepinephrin, dopamin, asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam penyampaian informasi melalui sistem persyarafan dalam tubuh, adanya stimulus dari luar tubuh yang di anggap mengancam atau membahayakan akan dihantar melalui implus neurotransmitter ke otak dan meresponnya melalui serabut efferent. Peningkatan hormon androgen dan norephinephrin serta penurunan serotonin dan GABA pada cairan cerebospinal vertebra dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya perilaku agresif.
5)      Brain Area dirsorder, gangguan pada sistem imbik dan lobus temporal, sindrom otak organik, tumor otak, trauma otak, penyakit ensepalitis, epilesi ditemukan sangat berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.

b.      Faktor psikologis
1)      Teori Psikoanalisa
Agresif dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh kembang seseorang (life span hystori). Teori ini menjelaskan bahwa adanya ketidakpusan fase oral antara usia 0-2 tahun dimana anak tidak mendapatkan kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup cendurung mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai kompesasi adanya ketidakpercayaan pada lingkungannya. Tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang rendah.Perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaanya dan rendahnya harga diri pelaku tindak kekerasan.
2)      Imitation, modeling, and information processing theory:
Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang dalam lingkungan yang menolelir kekerasan.Adanya contoh, model dan perilaku yang ditiru dari madia atau lingkungan sekitar memungkinkan individu meniru perilaku tersebut. Dalam suatu penelitian beberapa anak dikumpulkan untuk menonton tayangan pamukulan pada boneka dengan raward positif (makin keras pukulanya akan diberi coklat), anak lain menonton tayangan cara mengasihii dan mencium boneka tersebut dengan reward positif pula (makin baik belainya mendapat hadiah coklat). Setelah anak-anak keluar dan diberi boneka ternyata masing-masing anak berperilaku sesuai dengan tontonan yang pernah dialaminya.
3)      Learning Theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap lingkungan terdekatnya.Ia mengamati bagaimana respon ayah saat menerima kekecewaan dan mengamati bagaimana respons ibu saat marah. Ia juga belajar bahwa dengan agresifitas lingkungan sekitar menjadi peduli, bertanya, menanggapi, dan menganggap bahwa dirinya eksis dan patut untuk diperhitungkan.

Menurut Farida (2010)faktor predisposisi berdasarkan faktor psikologis perilaku kekerasan meliputi :
a.       Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan untuk maengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi PK.
b.      Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang tidak menyanangkan.
c.       Frustasi
d.      Kekerasan dalam rumah atau keluarga.

c.       Factor sosial budaya.
Dalam budaya tertentu seperti rebutan berkah, rebutan uang receh, sesaji atau kotoran kerbau di keraton, serta ritual-ritual yang cenderung mengarah pada kemusyrikan secara tidak langsung turut memupuk sikap agresif dan ingin menang sendiri.Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan. Hal ini dipicu dengan maraknya demontrasi,film-film kekerasan, mistik tahayul dan perdukunan (santet, teluh) dalam tayangan televisi (Yosep, 2011).
Seseorang akan berespon terhadap peningkatan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respons yang dipelajari. Sesuai dengan teori menurut bandura bahwa agresi tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Factor ini dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan potdapat mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi marah yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima.(Wati, 2010).

d.       Aspek Religiusitas
Dalam tinjauan religiusitas, kemarahan dan agresifitas merupakan dorongan dan bisikan syetan yang menyukai kerusakan agar menusia menyesal (devil support). Semua bentuk kekerasan adalah bisikan syetan yang dituruti masunia sebagai bentuk kompensasi bahwa kebutuhan dirinya terancam dan segera dipenuhi tetapi tanpa melibatkan akal (ego) dan norma agama (super ego) (Yosep, 2011).
                                          
2.       Faktor presipitasi
Menurut Yosep (2011) Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan dengan:
a.       Ekspresi diri, ingin menunjukan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
b.      Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
c.       kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuati dalam keluarga serta tidak membisakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
d.      ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan menempatkan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
e.       adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
f.       kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa reancam, baik berupa imjury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa factor pencetus injury perilkau kekerassan adalah sebagai berikut(Wati, 2010) :
a.       Klien: kelemahan fisik, keputasasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b.      Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, mersa terancam baik internal dari permasalan diri klien sendiri maupun eksternal dari lingkungan.
c.       Lingkungan: panas, padat, dan bising.














BAB III

ASKEP JIWA DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

1.      Pengkajian
Pengkajian perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stressor yang di hadapi oleh seseorang.Respons ini dapat menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan.Melihat dampak dari kerugian yang di timbulkan, penanganan pasien perilaku kekerasan perlu di lakukan secara tepat dan cepat oleh tenaga yang professional(Wati, 2010).
Kaji Faktor  predisposisi dan presipitasi, serta kondisi klien sekarang. Kaji riwayat keluarga dan masalah yang dihadapi klien.
Jelaskan tanda dan geala klien pada tahap marah, krisis atau perilaku kekerasan, dan kemungkinan bunuh diri.Muka merah, tergang, pandangan mata tajam, mondar mandir, memukul, memaksa, irritable, sensitive dan agresif.

              Fokus pengkajian pada pasien dengan perilaku kekerasan meliputi :
1.      Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan psiritual.
a.       Aspek biologis
Respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem syaraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, taki kardi, muka merah, pupil menebal, pengeluaran urine meningkat. Paad gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatuk tangan di kepel, tubuh kaku dan reflek cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang di keluarkan saat marah bertambah.
b.      Aspek emosional
Individu yang marah karena tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, ngamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.
c.       Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual, peran pasca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya di olah dalam proses intelaktual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara pasien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan bagai mana informasi di proses, di klarifikasi dan di integrasikan.
d.      Aspek social
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep, rasa percaya, dan ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien sering kali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku orang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.
e.       Aspek spiritual
Kepercayaan nilai moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang di manifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa perawat perlu mengkaji individu secara komprehensif meliputi aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual yang secara singkat dapat dilukiskan sebagai berikut; aspek fisik terdiri dari muka merah, pandangan tajam, napas pendek, dan cepat, berkeringat sakit fisik, penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat.
f.       Aspek emosi: tidak adekuat, tidak aman, debdam, jengkel. Aspek intelektual : mendominasi bawel , sarkasme, berdebat, meremehkan. Aspek sosial : menarik diri, penolakan, kekerasan, ejekan, humor.

Perawat perlu memahami dan membedakan berbagai perilaku yang ditampilkan klien. Hal ini dapat di analisa dariperbandingan berikut(Yosep, 2011) :
Aspek
Pasif
Asertif
Agresif
Isi pembicaraan
Negatif merendahkan diri misalnya : “bisakah saya melakukan hal itu ? bisakah anda melakukannya ?”.
Positif menawarkan diri misalnya : “saya mampu, saya bisa, anda boleh, anda dapat”.
Menyombongkan diri, merendahkan orang lain, misalnya : “kamu pasti tidak bisa, kamu selalu melanggar, kamu  tidak pernah menurut, kamu tidak akan pernah bisa”.
Tekanan suara
Lambat. Mengeluh
Sedang
Keras ngotot
Posisi badan
Menunduhkan kepala
Tegap dan santai
Kaku condong kedepan
Jarak
Menjaga jarak dengan sikap mengabaikan
Mempertahankan jarak yang nyaman
Siap dengan jarak akan menyerang orang lain
Penampilan
Loyo tidak dapat tenang
Sikap tenang
Mengancam, posisi menyerang
Kontak mata
Sedikit/sama sekali tidak
Mempertahankan kontak mata sesuai dengan hubungan
Mata meletot dan dipertahankan


Format pengkajian pada pasien risiko perilaku kekerasan
Berikan tanda centang pada kolom yang sesuai dengan data pada pasien
                                                    Pelaku/ usia        korban/usia          saksi/usia
1.      Aniaya fisik                                   [  ] [  ]                  [  ] [  ]                 [  ]  [  ]
2.      Aniaya seksual                              [  ]  [  ]                  [  ] [  ]                 [  ]  [  ]      
3.      Penolakan                                      [  ] [  ]                  [  ] [  ]                 [  ] [  ]
4.      Kekerasan dalam keluarga            [  ] [  ]                   [  ] [  ]                 [  ] [  ]
5.      Tindakan  criminal                        [  ] [  ]                   [  ] [  ]                 [  ] [  ]
6.      Aktivitas motoric
[  ] lesu   [  ] tegang     [  ] gelisah   [  ] agitasi
[  ] tik     [  ] grimasen [  ] tremor    [  ] kompulsif
7.      Interaksi selama wawancara
[  ] bermusuhan             [  ] kontak mata kurang
[  ] tidak kooperatif       [  ] defensif
[  ] mudah tersinggung  [  ] curiga
2.      Pohon masalah
Stuart dan Sundeen (1997) dalam buku Iyus Yosep, 2011 mengidentifikasi pohon masalah perilaku kekerasan sebagai berikut:
1.      Koping keluarga tidak efektif
2.      Inefektif proses terapi
3.      Berduka disfungsional
4.      Isolasi sosial
5.      Gangguan harga diri kronis
6.      Perubahan persepsi sensori halusinasi
7.      Perilaku kekerasan
8.      Resiko tinggi mencederai orang lain

3.      Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan di tetapkan sesuai dengan data yang di dapat. Diagnose keperawatan risiko perilaku kekerasan di rumuskan jika pasien saat ini tidak melakukan perilaku kekerasan, tetapi pernah melakukan perilaku kekerasan danbelum mempunyi kemampuan menecegah/mengendalikan perilaku kekerasan tersebut.
Diagnose keperawatan yang biasa muncul pada pasien dengan perilaku kekerasan, Menurut(Wati, 2010)Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
a.       Resiko cedera
b.      Perubahan sensori dan persepsi: halusinasi
c.       Koping individu inefektif

Setelah menegakan diagnosa keperawatan perawat melakukan beberapa tindakan keperawatan, baik pada pasien maupun keluarganya.

Ø  Tindakan keperawatan pada pasien
·         Tujuan keperawatan
1.      Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2.      Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3.      Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah di lakukannya
4.      Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang di lakukannya
5.      Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/ mengendalikan perilaku kekerasan
6.      Pasien dapat mencegah/ mengendalikan perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual, social dan dengan terapi psikofarmaka

·         Tindakan keperawatan
a.       Mengucapkan salam terapeutik
Dalam membina hubungan saling percaya pasien harus merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat. Tindakan yang harus perawat lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah :
1.      Mengucapkan salam terapeutik
2.      Berjabat tangan
3.      Menjelaskan tujuan interaksi
4.      Membuat kontrak topic, waktu, dan tempat setiap kali ketemu pasien
b.      Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan sekarang dan yang lalu
c.       Diskusikan perasaan, tanda, dan gejala yang di rasakan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
1.      Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
2.      Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
3.      Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara social
4.      Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekeraan secara spiritual
5.      Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
d.      Diskusikan bersama pasien tentang perilaku kekerasan yang biasa di lakukan pada saat marah :
1.      Verbal
2.      Terhadap orang lain
3.      Terhadap diri sendiri
4.      Terhadap lingkungan
e.       Diskusikan bersama pasien akibat perilaku kekerasan yang ia lakukan
f.        Diskusikan bersama pasien cara mengendalikan perilaku kekerasan yaitu dengan cara berikut :
1.      Fisik : pukul Kasur/ bantal, Tarik napas dalam
2.      Obat
3.      Social / verbal : menyatakan secar aserif rasa marahnya
4.      Spiritual : beribadah sesuai keyakinan pasien
g.      Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik :
1.      Latihan napas dalam dan pukul/ bantal
2.      Susun jadwal latihan dalam dan pukul Kasur/ bantal
h.      Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara social/ verbal :
1.      Bantu mengungkapkan rasa marah secara verbal : menolak dan meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
2.      Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
i.        Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara spiritual :
1.      Bantu pasien mengendalikan marah secara spiritual : kegiatan ibadah yang biasa di lakukan
2.      Buat jadwal latihan ibadah dan berdoa
j.        Bantu pasien mengendalikan perilaku kekerasan degngan patuh minum obat :
1.      Bantu pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien, benar nama obat, benar cara pemberian, benear dosis, dan benar obat) di sertai penjelasan mengenai keguanaan obat dan akibat berhenti
2.      Susun jadwal minum obat secara tertr
k.      Ikut sertakan pasien dalam TAK stimulasi persepsi untuk mengendalikan perilaku kekerasan.

Ø  Tindakan keperawatan pada keluarga
·         Tujuan keperawatan
Keluarga dapat merawat pasien dirumah.
·         Tindakan keperawatan
a.       Diskusikan maslah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
b.      Diskusikan bersama keluarga tentan perilaku kekerasan (penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul, dan akibat dari perilaku tersebut)
c.       Diskusikan bersama keluarga tentang kondisi pasien yang perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang lain.
d.      Bantu latihan keluarga dalam merawat pasien perilaku kekerasan.
e.       Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh perawat.
f.       Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien jika pasien dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat.
g.      Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan jika pasien menunjukan gejala-gejala perilaku kekerasan
h.      Buat perencanaan bersama keluarga.

5.      Evaluasi
Evaluasi terhadap kemampuan pasien dan keluarga dan kemampuan perawat.Berikut merupakan table evaluasi pada pasien dengan perilaku kekerasan (Keliat, Model praktik kep jkeperawatan profesional jiwa, 2012).

            Evaluasi kemampuan pasien perilaku kekerasan (PK) dan keluarganya
            Nama pasien    :
            Ruangan          :
            Nama perawat :
No.
Kemampuan
Tanggal







A
Pasien

Sp 1 pasien








Menyebutkan penyebab PK








Menyebutkan tanda dan gejala PK








Menyebutkan PK yang dilakukan








Menyebutkan akibat PK








Menyebutkan cara mengendalikan PK








Mempraktikkan latihan cara mengendaliakan fisik 1








Sp 2 pasien








Mempraktikkan latihan cara fisik II dan memasukkan dalam jadwal








Sp 3 pasien








Mempraktikkan latihan cara verbal dan memasukkan dalam jadwal








Sp 4 pasien








Mempraktikkan latihan cara spiritual dan memasukkan dalam jadwal








Sp 5 pasien








Mempraktikkan latihan cara minum obat dan memasukkan dalam jadwal







B
Keluarga








Sp 1 keluarga








Menyebutkan pengertian PK dan proses terjadinya masalah PK








Menyebutkan cara merawat pasien PK








Sp 2 keluarga








Mempraktikkan cara merawat pasien PK








Sp 3 keluarga








Membuat jadwal aktivitas dan minum obat pasien di rumah (perencanaan pulang)







1 komentar: