Minggu, 20 Maret 2016

obat tradisional anti diuretik




KATA PENGANTAR

Puji  syukur  kami  panjatkan  atas  kehadirat Allah  SWT  yang  telah melimpahkan  rahmat , taufiq dan  hidayah-Nya kepada kita semua ,  sehingga dalam kesempatan ini kami  dapat  menyelesaikan penyusunan  Makalah  Keperawatan Jiwa   yang  berjudul:  OBAT TRADISIONAL ANTI DIURETIK
Maksud  dan  tujuan  kami  menyusun  makalah  ini  adalah  untuk  memenuhi  tugas  mata  kuliah  Keperawatan jiwa.
Kami  menyadari  bahwa  penyusunan makalah  ini masih  jauh  dari  sempurna  dan  tidak  lepas  dari  kekurangan ,  karena  kurangnya  pengetahuan  dan  referensi  yang  kami  dapatkan,  sehingga  kami  memerlukan  kritik  dan saran  yang  membangun  untuk kesempurnaan  penyusunan makalah  berikutnya .
Kami  berharap  semoga  makalah  ini  dapat  memberikan  manfaat  pengetahuan  bagi  para pembaca umumnya dan penyusun khususnya .




                                                                                                Padang,       Maret 2016

                                                                                                            Penyusun























Daftar Isi


Kata pengantar......................................................................................................

Daftar isi................................................................................................................

BAB I Pendahuluan
a.       Latar belakang...........................................................................................
BAB II Pembahasan
a.       Pengertian .................................................................................................
b.      Mekanisme kerja........................................................................................
c.       Obat tradisional anti diuretik....................................................................
BAB III Penutup
a.       Kesimpulan................................................................................................

Daftar Pustaka



























BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar belakang
Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional. Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan, dan kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkab efek samping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh. 
Beberapa perusahaan mengolah obat-obatan tradisional yang dimodifikasi lebih lanjut. Bagian dari Obat tradisional yang bisa dimanfaatkan adalah akar, rimpang, batang, buah, daun dan bunga. Bentuk obat tradisional yang banyak dijual dipasar dalam bentuk kapsul, serbuk, cair, simplisia dan tablet. 
Obat yang beredar sekarang ini tak lepas dari perkembangan obat di masa lalu. Perlu kita ketahui bahwa penemuan obat jaman dahulu berawal dari coba-mencoba yang dilakukan oleh manusia purba. Biasanya di sebut, "EMPIRIS". Empiris berarti berdasarkan pengalaman dan disimpan serta dikembangkan secara turun-temurun hingga muncul apa yang disebut Ilmu Pengobatan Rakyat atau yang lazimnya disebut Pengobatan Tradisional Jamu. 






















BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air. Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi normal (Ahmad, 2009).
Pengaruh diuretik terhadap sekresi zat terlarut penting artinya untuk menentukan tempat kerja diuretik dan sekaligus untuk meramalkan akibat penggunaan suatu diuretik (Ahmad, 2009).
2.      Mekanisme kerja diuretik
Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretikini. Pertama, tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium sedikit, akan memberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan diure- tik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak. Kedua, status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasi jantung, sirosis hati, gagal ginjal. Dalam keadaan ini akan memberikan respon yang berbeda terhadap diuretik. Ketiga, interaksi antara obat dengan reseptor (Siregar, P., W.P., R. Oesman, R.P. Sidabutar , 2008).
Kebanyakan bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih dan juga air diperbanyak. Obat-obat ini bekerja khusus terhadap tubuli, tetapi juga ditempat lain, yakni:
1.      Tubuli proksimal.
Ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam yang di sini direabsorpsi secera aktif untuk 70%, antara lain ion Na+ dan air, begitu pula glukosa dan ureum. Karena reabsopsi belangsung secara proporsional, maka susunan filtrat tidak berubah dan tetap isotonis terhap plama. Diuretik osmosis bekerja di tubulus proksimal dengan merintangi rabsorpsi air dan natrium (Sunardi, 2009).
2.      Lengkungan Henle.
Di bagian menaiknya ca 25% dari semua ion Cl yang telah difiltrasi direabsorpsi secara aktif, disusul dengan raborpsi pasif dari Na+ dan K+, tetapi tanpa air, hingga filtrat menjadi hipotonis. Diuretika lengkungan bekerja terutama di sini dengan merintangi transpor Cl begitupula reabsorpsi Na+, pengeluaran air dan K+diperbanyak (Sunardi, 2009).

3.      Tubuli distal.
Dibagian pertmanya, Na+ dirabsorpsi secara aktif tanpa air hingga filtrat menjadi lebi cair dan lebih hipotonis. Senyawa tiazida dan klortalidon bekerja di tempat ini dengan memperbanyak eksresi Na+ dan Cl sebesar 5-10%. Pada bagian keduanya, ion Na+ ditukarkan dengan ion K+ atau NH4+ proses ini dikendalikan oleh hormon anak ginjal aldosteron. Antagonis aldosteron dan zat-zat penghemat kalium bekerja di sini dengan mengekskresi Na+ dan retensi K+ (Sunardi, 2009).
4.      Saluran Pengumpul.
Hormon antidiuretik (ADH) dan hipofise bekerja di sini dengan mempengaruhi permeabilitas bagi air dari sel-sel saluran ini (Sunardi, 2009).
3.      Obat tradisional antidiuretik
a.      Jagung
Tanaman ini sudah diusahakan sekitar 500 tahun oleh penduduk Meksiko dan Amerika Selatan bagian utara. Jagung ini mula-mula dibawa oleh Columbus ketika berkeliling dunia sebagai oleh-oleh ke negerinya, Spanyol. Baru pada perjalanan keduanya ke Amerika, anak buahnya membawa benih jagung yang dapat ditanam di Spanyol. Dari negara ini jagung menyebar ke negara disekitar Laut Tengah, baik yang beriklim sedang seperti Portugal, Italia, Perancis Selatan, Maupun daerah subtropis seperti Afrika Utara.
Orang Portugis membawa jagung ini kedaerah tropis pantai barat Afrika yang lebih panas  pada permulaan abad XVI dan berhasil berkembang biak. Kemudian jagung merembet ke India dan Cina. Di India ditanam didaerah lembah Bengawan Silugonggo, sedang di Pakistan Barat ditanam dipegunungan tinggi Punjab, sedangkan di Cina ditanam di dataran sungai Huan Ho ( Cina Utara) dan Hunan Barat.
Untuk Indonesia, Jagung semula dibawa oleh Portugis. Diantaranya juga ada yang dibawa ke pulau Tidore . Dari Tidore ada yang dibawa ke Sulawesi Utara dan menjadi nenek moyang jagung manado Kuning . Pada jaman Belanda jagung manado kuning sangat terkenal di Indonesia.








Khasiat dari tanaman jagung sebagai obat tradisional
·         Melancarkan air seni : 50 gr rambut jagung segar dicuci, direbus dengan 1 liter air sampai airnya tinggal 1/2 liter. Ramuan ini untuk diminum 2x sehari.
·         Batu ginjal : Segenggam rambut jagung segar, 4 tongkol jagung muda, 8 helai daun keji beling. Semua dicuci, lalu rebus dengan 0,5 liter air sampai airnya tinggal separuh. Saring untuk diminum sekaligus.
·         Hipertensi : Sama dengan resep untuk melancarkan air seni. Setelah tekanan darah normal, ramuan ini tetap diminum sehari sekali.
·         Batu empedu : 5 tongkol jagung, 20 helai daun kumis kucing. Semua dicuci, direbus dengan segelas air sampai airnya tinggal 3/4 gelas. Diminum sekaligus pada siang hari.

Caranya dengan menyediakan lima tongkol jagung muda yang dikupas, direbus dengan air 3 gelas dan biarkan mendidih hinga airnya tinggal separoh. Air rebusanjagung muda ini disaring dan diminum 3 x ½ gelas untuk pagi siang dan malam. Sediakan 10-15 gram akar kapasan digodok, untuk diminum  Digunakan sebagai obat penurun panas tinggi, obat batuk, susah buang air besar, dan batu saluran kencing

Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan adalah
·         Kalori : 355 Kalori
·         Protein : 9,2 gr
·         Lemak : 3,9 gr
·         Karbohidrat : 73,7 gr
·         Kalsium : 10 mg
·         Fosfor : 256 mg
·         Besi : 2,4 mg
·         Vitamin A : 510 SI
·         Vitamin B1 : 0,38 mg
·         Air : 12 gr
dan bagian yang dapat dicerna 90%.
Untuk ukuran yang sama, meski jagung mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih rendah, namum mempunyai kandungan protein yang lebih banyak daripada beras.

b.      Daun kumis kucing
Kumis kucing merupakan tanaman obat berupa tumbuhan berbatang basah yang tegak. Tanaman Kumis kucing berasal dari wilayah Afrika tropis, kemudian menyebar ke wilayah Asia dan Australia.
Kumis kucing termasuk terna tegak, pada bagian bawah berakar di bagian buku-bukunya dan tingginya mencapai 2 meter. Batang bersegi empat agak beralur berbulu pendek atau gundul. Helai daun berbentuk bundar atau lojong, lanset, bundar telur atau belah ketupat yang dimulai dari pangkalnya,[2] ukuran daun panjang 1 – 10 cm dan lebarnya 7.5mm – 1.5 cm. urat daun sepanjang pinggir berbulu tipis atau gundul, dimana kedua permukaan berbintik-bintik karena adanya kelenjar yang jumlahnya sangat banyak, panjang tangkai daun 7 – 29 cm. Ciri khas tanaman ada pada bagian kelopak bunga berkelenjar, urat dan pangkal berbulu pendek dan jarang sedangkan di bagian yang paling atas gundul. Bunga bibir, mahkota yang bersifat terminal yakni berupa tandan yang keluar dari ujung cabang dengan panjang 7–29 cm, dengan ukuran panjang 13 – 27mm, di bagian atas ditutupi oleh bulu pendek berwarna ungu dan kemudian menjadi putih, panjang tabung 10 – 18mm, panjang bibir 4.5 – 10mm, helai bunga tumpul, bundar. Benang sari ukurannya lebih panjang dari tabung bunga dan melebihi bibir bunga bagian atas. Buah geluk berwarna coklat gelap, panjang 1.75 – 2mm. 2.3. gagang berbulu pendek dan jarang, panjang 1 mm sampai 6 mm.






Klasifikasi Kumis kucing
Kingdom         : Plantae
Subkingdom    : Tracheobionta
Divisi               : Magnoliophyta
Class                : Magnoliopsida
Ordo                : Lamiales
Family             : Lamiaceae
Genus              : Orthosiphon
Spesies            : Orthosiphon stamineus Benth

                        Nama lain dari kumis kucing
Kumis kucing (Melayu – Sumatra), kumis kucing (Sunda), remujung (Jawa), se-salaseyan, songkot koceng (Madura).

                        Khasiat dari tanaman kumis kucing sbagai obat herbal
·         Batu ginjal
Petik daun kumis kucing hingga jumlahnya mencapai 3 genggaman tangan. siapkan pula 5 lembar daun keji beling untuk tambahan bahan. Rebus ke dalam 2 gelas air kedua bahan tadi sampai mendidih dan tersisa satu gelas air. Minum rutin obat batu ginjal ini sehari 2 kali sampai Anda dikabarkan sembuh oleh dokter
·         Kencing Batu
Petik 7 lembar daun kumis kucing dan 7 tanaman meniran. Rebus kedua tanaman dalam panci berisi 2 gelas air, tunggu mendidih dan air tersisa 1 gelas. Minum obat kencing batu ini secara rutin dalam sehari sebanyak 3 kali.
·         Diabetes, Hipertensi, dan Pelancar Air Kencing
Siapkan 2 gelas air matang untuk merebus. Sediakan pula 2 genggam daun kumis kucing. Tuangkan air ke dalam panci, masukkan semua daun kumis kucing. Rebus sampai mendidih dan air tertinggal 1 gelas. Minum rutin obat ini sehari 1 kali sampai membuahkan hasil positif.

                        Kandungan yang terkandung dalam kumis kucing
Tanaman memiliki kandungngan kimia Orthosiphon glikosida, zat samak,   minyak atsiri, minyak lemak, saponin, sapofonin, garam kalium, myoinositol.

c.       Sidukung anak (meniran)
Sidukung anak alias meniran (Phylanthus aurinaria L) merupakan tumbuhan liar sebagai gulma menjanjikan potensi sebagai bahan obat tradisional yang sangat berharga. Nenek moyang kita sudah memanfaatkannya sebagai obat penggempur batu ginjal, penurun panas, antidiare, pelancar air seni, encok, sembelit, dan pereda sakit pinggang.
Sidukung anak (meniran) merupakan tumbuhan liar sebagai semak dengan daun tersusun rapi, bersirip genap seperti daun petai cina. Bentuk lembaran daun bulat telur sampai bulat memanjang. Ukuran daun kecil dengan ujung bundar atau lancip. Permukaan daun bagian bawah berbintik-bintik, berkelenjar.
Tanaman ini tingginya hanya sekitar 30-40 cm. Berbatang lunak , bercabang berpencar. Pada satu tanaman sidukung anak (meniran) terdapat bunga betina ada di pangkal daun, sedang bunga jantan di ujung daun terdiri atas 2-3 kuntum.
Bentuk bunga bulat. Buahnya serupa kotak berkatup tiga, licin. Ukurannya sebesar menir (pecahan beras), bergaris tengah 0,2-0,25 cm.


                         

                        Kandungan tanaman dukung anak (meniran)
Sidukung anak (meniran) sebagai obat menurut Sri Yuliani dan Hernani dari Balitro (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat) mengandung senyawa kimuia alkaloida, saponin, glikosida, flavonoida, tanin, dan zat-zat lain yang berkhasiat obat. Sedangkan peneliti lain menyebut meniran mengandung zat filantin, hipfilantin, kalium, tanin, damar.
Tanin berpengaruh sebagai antidiare. Kalium bersifat diuretik dan penggempur batu ginjal. Alkaloida, saponin, glukosida, flavanoida, berpengaruh secara farmakologis tertentu.
                        Khasiat dari tanaman dukung anak (meniran) sebagai obat tradisional
·         Sakit Kuning
Bahan Utama: 16 Tanaman Meniran (akar, Batang, daun)
Bahan Tambahan: 2 gelas Air Susu
Cara membuat: Tanaman meniran dicuci lalu ditumbuk halus dan direbus dengan 2 gelas air susu sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas.
Cara menggunakan: disaring dan diminum sekaligus; dilakukan setiap hari.
·         Malaria
Bahan utama: 7 Batang tanaman Meniran lengkap
Bahan tambahan: 5 Biji bunga cengkeh kering, 1 potong kayu manis
Cara membuat: Seluruh bahan dicuci bersih, kemudian ditumbuk
halus dan direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih.
Cara menggunakan: disaring dan diminum 2 kali sehari.
·         Ayan
Bahan Utama: 17 – 21 batang tanaman meniran (akar, batang, daun dan Bunga)
Cara membuat: bahan dicuci bersih, kemudian direbus dengan 5 gelas air sampai mendidih hingga tinggal  2,5 gelas.
Cara menggunakan: disaring dan diminum 1 kali sehari sehari 3/4 gelas selama 3 hari berturut-turut
·         Demam
Bahan utama: 3-7 batang Tanaman meniran lengkap (akar, batang, daun dan bunga)
Cara membuat: bahan dicuci bersih, kemudian diseduh dengan 1 gelas air panas .
Cara menggunakan: disaring, kemudian diminum sekaligus.
·         Disentri
Bahan Utama: 17 batang tanaman meniran lengkap (akar, batang, daun dan bunga )
Cara membuat: direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih
Cara menggunakan: disaring dan diminum 2 kali sehari, pagi dan sore.
·         Luka koreng
Bahan Utama: 9 – 15 batang meniran lengkap (akar, batang, daun dan bunga)
Cara membuat: Bahan Utama dicuci Bersih dan ditumbuk halus. Kemudian direbus dengan 1 cerek air.
Cara menggunakan: dalam keadaan hangat-hangat dipakai untuk mandi.
d.      Keji beling
Keji beling dengan nama ilmiah Strobilanthes crispus sering juga disebut dengan istilah kaca beling, ngikilo, keci beling, enyah kilo, picah beling.
Tanaman dapat tumbuh dengan mudah pada daerah berketinggian 0-1000 mdpl. Seperti tanaman terna lainnya, bagian tanaman terdiri dari bagian akar, batang, daun, dan bunga. Dimana akar tanaman ini berwarna putih kekuningan, berbentuk tunggang dan serabut. Tanamannya menyerupai rumput besar dengan batang berbentuk bulat, beruas dengan diameter 0,2-0,7 cm. Saat masih muda, kulit batangnya berwarna ungu berbintik hijau, kemudian berubah menjadi cokelat saat telah dewasa. Tepi daunnya bergerigi, dengan ditumbuhi bulu-bulu halus pada seluruh daun. Satu helai daun memiliki panjang 2-5 cm, serta berwarna hijau. Daun tanaman ini berbentuk bulat telur. Perkembangbiakan tanaman ini terjadi pada waktu tertentu yang ditandai dengan keluarnya bunga di saat-saat tertentu, dan terjadi setelah tanaman dewasa.




Klasifikasi keji beling
Divisi               : Spermatophyta
Subdivisi         : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledonae
Ordo                : Solanales
Familia            : Acanthaceae
Genus              : Strobilanthes
Spesies            : Strobilanthes crispus

Kandungan
Tanaman ini mengandung kalsium karbonat dan mineral sangat tinggi, seperti kalium 51%, kalsium 24%, natrium 24%, ferum 1%, fosfor 1%. Selain itu, tanaman ini juga mengandung asam silikat, katekin, tannin dan kafeina yang terdapat pada daun. Kandungan daun yang lain, diantaranya adalah vitamin C, B1, B2. Kandungan kalium pada tanaman berfungsi melancarkan kencing dan penghancur batu dalam empedu, ginjal, dan kandung kemih. Adanya kandungan kalsium menyebabkan tanaman ini sangat bermanfaat dalam membantu proses pembekuan darah, mempertahankan fungsi membran sel, serta berperan sebagai katalisator berbagai proses biologi dalam tubuh. Kandungan natriumnya berfungsi meningkatkan cairan ekstra seluler untuk meningkatkan volume darah. Sedangkan asam silikat berfungsi mengikat air, minyak, dan senyawa-senyawa non-polar lainnya.

Khasiat dan manfaat keji beling
Banyaknya kandungan seperti disebutkan di atas sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia, terutama untuk mengobati berbagai macam penyakit, dari penyakit berat seperti kanker, ginjal, asma, diabetes melitus atau kencing manis, tumor, dan sebagainya sampai penyakit ringan seperti gatal terkena ulat, semut, dll.
·         Membantu mengobati penyakit kanker. Daun keji beling diketahui dapat menjadi racun bagi sel-sel kanker tanpa merusak sel-sel sehat. walaupun daun keji beling dapat dijadikan sebagai obat kanker tradisional akan tetapi penangan lebih lanjut secara medis sangat dibutuhkan bagi penderita kanker dari pada hanya mengandalkan cara tradisional dari tanaman keji beling.
·         Mencegah kanker. Selain mengobati kanker daun keji beling diketahui juga memiliki manfaat untuk mencegah kanker, hal tersebut dikarenakan tanaman ini mengandung tinggi antioksidan yang dapat menangkal efek buruk radikal bebas yang merupakan salah satu penyebab penyakit kanker.
·         Melancarkan buang air kecil. Ambil sekitar 4-6 lembar daun keji beling yang sebelumnya sudah dicuci bersih, rebus dengan 3 gelas air sekitar 20 menit-setengah jam. Diamkan hingga air rebusan tersebut dingin kemudian anda bisa meminumnya 2 kali sehari.
·         Menghancurkan batu empedu. Batu empedu terbentuk dari sebuah proses biokimiawi yang melibatkan pigmen empedu, kalsium, dan juga kolesterol. yang Seluruhnya terletak pada kandung atau saluran empedu. Cara pembuatan ramuan dari daun keji beling untuk menghancurkan batu empedu adalah: persiapkan sekitar 5-6 lembar daun keji beling dan 2 gelas air. Kedua bahan tersebut kemudian direbus ke dalam panci, tunggu hingga air tersisa setengah. Setelah dingin minum ramuan tersebut dua kali sehari.

e.         Sidaguri
Sidaguri ( Sida rhombifolia L. ) tumbuh liar di tepi jalan, halaman berrumput, hutan, ladang, dan tempat-tempat dengan sinar matahari cerah atau sedikit terlindung. Tanaman ini tersebar pada daerah tropis di seluruh dunia dari dataran rendah sampai 1.450 m dpl. Perdu tegak bercabang ini tingginya dapat mencapai 2 m dengan cabang kecil berambut rapat. Daun tunggal, letak berseling, bentuknya bulat telur atau lanset, tepi bergerigi, ujung runcing, pertulangan menyirip, bagian bawah berambut pendek warnanya abu-abu, panjang 1,5-4 cm, lebar 1–1,5 cm. Bunga tunggal berwarna kuning cerah yang keluar dari ketiak daun, mekar sekitar pukul 12 siang dan layu sekitar tiga jam kemudian. Buah dengan 8–10 kendaga, diameter 6–7 mm. Akar dan kulit sidaguri kuat, dipakai untuk pembuatan tali. Perbanyakan dengan biji atau setek batang.

Klasifikasi dari tanaman sidaguri
     Kerajaan          : plantae
     Ordo                : malvales
     Family             : malvacesae
     Genus              : sida
     Spesies            : S. Rhombifolia

Nama daerah sidaguri
Sumatera: guri, sidaguri, saliguri. Jawa: sadagori, sidaguri, otok-otok, taghuri, sidagori. Nusa Tenggara: kahindu, dikira. Maluku: hutu gamo, bitumu, digo, sosapu. NAMA ASING Huang hua mu (C), walis-walisan (Ph), sida hemp, yellow barleria (I). NAMA SIMPLISIA Sidae rhombifoliae Herba (herba sidaguri), Sidae rhombifoliae radix (akar sidaguri).

Kandungan dari tanaman sidaguri
Daun mengandung alkaloid, kalsium oksalat, tanin, saponin, fenol, asam amino, dan minyak asiri. Banyak mengandung zat phlegmatik yang digunakan sebagai peluruh dahak (ekspektoran) dan pelumas (lubricant). Batang mengandung kalsium oksalat dan tanin. Akar mengandung alkaloid, steroid, dan efedrine.

Khasiat dari tanaman sidaguri
Herba sidaguri rasanya manis, pedas, sifatnya sejuk, masuk meridian jantung, hati, paru-paru, usus besar, dan usus kecil. Sidaguri berkhasiat antiradang, penghilang nyeri (analgesik), peluruh kencing (diuretik), peluruh haid, dan pelembut kulit. Akar rasanya manis, tawar, sifatnya sejuk. Merangsang enzim pencernaan, mempercepat pematangan bisul, antiradang, dan abortivum.

Cara pemakaian
Rebus herba kering (15–30 g) atau herba segar (30–60 g), lalu minum airnya. Jika menggunakan akar, dosisnya 10-15 g, atau menggunakan takaran besar sebanyak 30–60 g, rebus, Ialu minum airnya.
Untuk pemakaian luar, tempelkan herba segar atau akar yang telah digiling halus ke bagian tubuh yang sakit, seperti bisul, koreng, TBC kelenjar, gigitan ular. Selain itu, bisa juga direbus, gunakan airnya untuk mencuci ekzema pada kantung buah zakar atau untuk mandi pada cacar air.


































BAB III
PENUTUP

1.      Kesimpulan
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air. Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi normal (Ahmad, 2009).


































DAFTAR PUSTAKA


Katzung, B.G. (1998). Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi VI. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 252.

Mycek, M. J., Harvey, R.A., Champe, P. C. (1997). Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Widya Medika. Hal. 230-231

Tjay, T.H., K. Rahardja. (2002).Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-
Efek Sampingnya. Edisi Kelima. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.































MAKALAH
KEPERAWATAN KOMPLEMENTER
“OBAT TRADISIONAL ANTI DIURETIK”



KELOMPOK II

RESTIA SRISUCIWA ASER
UCI ANGGRAINI
BRENDA HADISTY KUSUMA
IWA OKTA UTARI
YESSI DESWAHYU NENGSIH
AIRIL RAHAMAN
NAJMAH SURYANI

DOSEN PEMBIMBNG
AIDA MINROPA, SKM,M.Kes


PROGRAM STUDI
DIII KEPERAWATAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

TAHUN AJARAN
2015/2016














Tidak ada komentar:

Posting Komentar